BFF

ketiga pemuda itu sedang duduk di kelas yang sudah kosong. Jungwon membuka bungkus obat yang baru Riki dan Sunoo ambil dari UKS. Pemuda itu mengernyitkan dahi merasakan rasa pahit dari obat yang baru dia telan.

“Ju, akhir-akhir ini lo sakit terus. Nggak mau periksa ke dokter aja?” tanya Sunoo khawatir.

Jungwon menggeleng, “Gue gapapa, Noo. Kemarin gue juga langsung sehat kan?” balas Jungwon tersenyum mencoba meyakinkan sahabatnya.

Sunoo menghela nafas dan tersenyum kecil, “Jangan sakit lagi ya, Ju. Kalo lo sakit gue ikutan sakit,” katanya dengan mata yang sudah sedikit basah.

Jungwon yang melihat Sunoo tertawa lalu memeluknya, “Iyaa, gue bakal jaga kesehatan. Jangan nangis, cengeng banget sih lo,” ucap Jungwon sambil menepuk-nepuk punggung Sunoo.

Jungwon lalu menoleh melihat Riki yang diam saja. Ia lalu melebarkan tangannya mengajak Riki untuk ikut berpelukan. Tak mendapat respon, akhirnya Jungwon menarik Riki dan memeluknya. Mereka berpelukan hanya beberapa detik karena Riki yang jail menggelitik pinggang Jungwon dan Sunoo.

“Jadi inget waktu kelas 6 kita sering pelukan gini,” celetuk Riki mengingat kejadian dulu.

“Sunoo yang selalu minta pelukan nih,” ucap Jungwon sambil menunjuk Sunoo.

“Ih kok jadi gue! Kan dulu kita sering nonton Teletubbies bareng dikaset punya lo, Ju!” kata Sunoo tidak terima.

“Udah woy kenapa malah jadi ribut!” ucap Riki mencoba menengahi.


Dari kecil Jungwon memang memiliki badan yang ringkih. Dari TK hingga SD ia sudah menjadi langganan di rumah sakit. Bahkan semua dokter dan perawat dari bangsal anak mengenalnya. Perlahan kesehatan Jungwon kecil semakin membaik. Saat SMP ia juga sudah tidak sering mengunjungi rumah sakit, padahal dulu hampir setiap bulan ia keluar masuk rumah sakit entah untuk sekedar check up atau memang karena penyakitnya yang kambuh. Namun, yang membuat Sunoo dan Riki sangat protektif terhadap Jungwon sebenarnya karena kejadian saat mereka di kelas 8.

Saat itu sedang musim hujan. Karena suhu yang dingin, Jungwon jadi sering kebelet untuk ke kamar mandi.

“Noo, temenin ke kamar mandi,” ucap Jungwon memohon pada Sunoo.

“Ah males, ini udah ke-empat kalinya lo ke kamar mandi. Sendirian emang nggak berani?” kata Sunoo sedikit ketus.

“Ih kan gue mintanya baik-baik, nggak perlu jutek gitu lah,” ucap Jungwon sambil menekuk bibirnya.

Jungwon akhirnya ke luar kelas menuju kelas Riki. Namun sayangnya kelas Riki sedang ada guru. Akhirnya ia memutuskan untuk ke kamar mandi sendirian.

Jungwon merapatkan jaket birunya, ia mulai berjalan menuju kamar mandi yang berada di pojok bangunan sekolahnya. Namun entah bisikan dari mana, ia tiba-tiba ingin ke kamar mandi yang berada di lantai satu. Sekalian beli makanan di kantin kali ya, pikirnya.

Saat sudah di depan tangga menuju lantai satu, tiba-tiba kepala Jungwon sakit, “Please jangan kambuh dulu,” ucapnya sambil memegang kepala.

Tiba-tiba pandangan Jungwon menghitam dan keseimbangannya hilang.

Jungwon jatuh dari tangga.

Beruntung seorang guru yang sedang lewat melihat kejadian itu dan langsung membawa Jungwon ke rumah sakit. Sunoo yang mendengar kabar itu langsung menuju rumah sakit bersama Riki. Ia menangis melihat Jungwon yang belum sadar di kasur UGD. Ia lalu semakin menangis melihat seragam Jungwon yang sudah penuh dengan darahnya sendiri. Karena kejadian itu, tangan Jungwon retak dan kepalanya robek hingga harus mendapat 13 jahitan.

Sejak kejadian itu, Sunoo dan Riki menjadi protektif terhadap Jungwon. Bahkan kadang lebih protektif dari kedua kakaknya. Karena mereka sudah berjanji tidak akan membiarkan sahabatnya sakit untuk yang kesekian kalinya.