Helm pink


Jam menunjukkan pukul 06:15 pagi dan Sunoo sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Bukan tanpa alasan dirinya selalu berangkat sepagi ini. Beberapa hari ini ia memang sedang menghindari manusia bernama Nishimura Riki. Sahabat sekaligus cinta pertamanya yang selalu menjemputnya pukul 6:20. Setiap hari.

Hari ini Sunoo tidak berangkat menggunakan sepeda seperti biasanya. Ia sudah meminta papinya untuk mengantarkannya ke sekolah. Sunoo bergegas berlari dari kamarnya setelah melihat jam sudah menunjukkan pukul 06:18. “Shit shit shit,” umpatnya.

“Papi mana?” Tanya Sunoo pada maminya yang lewat.

“Di depan tuh lagi nyiramin bunga,” jawab mami tanpa melihat anaknya yang sudah panik seperti akan berperang.

Sunoo menghentakkan kakinya dan menggeram. Padahal papinya sudah diberitahu bahwa hari ini dia ingin diantar, tapi papinya malah sibuk menyiram bunga. Sunoo berjalan ke arah pintu depan sambil terus menggerutu. “Awas aja kalo nyuruh beliin rokok lagi. Gue nggak akan mau!” Ia membuka pintu dengan keras dan terkejut dengan pemandangan yang ia lihat. Ayahnya sedang mengobrol dengan Riki, orang yang sedang ia hindari.

“Nah itu anaknya. Kakak sini cepet, udah ditungguin dari tadi loh ini,” ucap papi sambil melambaikan tangan menyuruh Sunoo untuk mendekat.

Riki terkekeh pelan melihat ekspresi terkejut Sunoo. Lucu, pikirnya.

Sunoo yang melihat Riki tertawa langsung mendengus keras. Pemuda itu menghampiri papinya dan mengabaikan Riki yang melambaikan tangan menyapanya.

“Ayo berangkat, Pi.”

Papi menyernyitkan dahi, “Loh kok ayo? Iniloh udah ditungguin anak ganteng.”

“Tapi kan papi udah janji mau anterin kakak!” jawab Sunoo merengek.

“Ayo sama gua aja, Noo,” ucap pemuda yang lebih tinggi dari Sunoo.

Papi mengangguk setuju, “Nah tuh, sama Riki aja sana. Lagian biasanya juga naik sepeda bareng.”

“Hari ini nggak mau naik sepeda,” ucap Sunoo pelan. Hari ini ia ada pelajaran olahraga, karena itulah dia meminta papi untuk mengantarkannya.

“Biasanya juga naik sepeda bareng, kan?”

Sebelum Sunoo menjawab, Riki sudah menyela lebih dulu, “Hari ini Sunoo ada pelajaran olahraga makanya nggak mau naik sepeda, Om.”

Hah?? HAHH???????

“Kok lu tau?” Sunoo terkejut.

“Apasih yang gua nggak tau,” goda Riki sambil mencolek dagu Sunoo.

Melihat respon anaknya yang marah setelah digoda Riki, papi hanya tertawa. Ia sudah tau bahwa anak sulungnya menyukai Riki. Bahkan kini pipi anaknya terlihat memerah karena malu.

“Udah sana berangkat, nanti telat. Papi mau masuk dulu mau ngopi,” ucap papi meninggalkan dua remaja yang masih terdiam di tempatnya.

“Gue gak punya helm motor.”

“Gua tau, makanya gua bawain nih,” Riki membuka bagasi motornya dan memberikan helm yang ada di dalamnya pada Sunoo.

“KOK WARNA PINK???” ucap Sunoo dengan sedikit berteriak.

“Punya Eri. Udah cepet pake,” ucap Riki sambil memasang helm miliknya.

Melihat Sunoo yang tidak bereaksi, akhirnya Riki mengambil kembali helm yang berada di tangan pemuda itu. Riki mencondongkan badannya agar tinggi mereka sama, menatap mata sahabatnya yang selalu dirinya puji karena memiliki mata yang cantik.

“Kalo mau dipasangin bilang dong,” ucap Riki setelah berhasil memasangkan helm pada Sunoo. Riki tersenyum, sambil terus menatap mata Sunoo yang kini sedang menatapnya juga. Cantik. Benar-benar cantik.

Jarak wajah mereka yang hanya 20 cm membuat Sunoo dapat merasakan hembusan nafas pemuda yang sedang menatapnya lekat.

Sunoo mengalihkan pandangan.

Jantungnya tidak aman.