Pemenang Hati
“Adek buruan!”
Jungwon mendecak mendengar panggilan dari kakaknya untuk yang ketiga kalinya. Mereka ini tak tahu kalau Jungwon sedang gugup. Jungwon akhirnya menarik nafas dalam-dalam dan dihembuskan secara perlahan. Pemuda itu keluar mobil yang dihadiahi tepuk tangan dari kedua kakaknya yang sudah menunggunya.
“Nggak usah gugup, kaya mau nikahan aja,” celetuk Jake yang membuat Jungwon langsung mencubitnya.
Malam ini Jungwon memakai pakaian yang benar-benar santai seperti saat di rumah. Ia hanya mengenakan kaos oblong putih dengan celana training yang menggantung di belakang pintu kamarnya. Sebenarnya ia disuruh oleh kakaknya. Mereka bilang, “Yaelah dek, nggak usah dandan. Kita ke sana cuma mau mabar sambil numpang makan doang.”
Setelah sampai di depan pintu, alih-alih memencet bel Heeseung malah mengeluarkan hp dan menelfon Jay. Jungwon yang melihat kakaknya menggeleng pelan, “Padahal tinggal diketok atau nggak pencet bel loh bang,” ucapnya.
Tiba-tiba pintu terbuka dan menampilkan sang pemilik rumah yang terkejut. Jay terkejut melihat Jungwon yang sedang berdiri tepat di depannya.
“H-hai...” sapa Jay gugup kepada Jungwon.
Jungwon yang disapa tentu menyapa balik, ia bahkan hampir teriak melihat Jay yang malu-malu kucing begitu.
“Hadeh, remaja lagi kasmaran. Ini kita dibolehin masuk nggak?” tanya Jake yang sudah jengah melihat keduanya hanya saling bertatapan.
“Bolehlah, masuk ayo.”
Jay menuntun masuk ketiga bersaudara itu. Begitu masuk Jungwon langsung berdecak kagum melihat interior rumah Jay. Saat sedang melihat sekeliling, tiba-tiba ia melihat seseorang menuruni tangga.
KOK ADA KAK NINGNING?????
Saat ini Jungwon tengah duduk di depan kolam renang bersama Ningning. Keduanya kini sudah akrab. Ningning yang memang sangat menyukai sesuatu yang 'gemas' langsung memeluk Jungwon begitu melihatnya. Bahkan tadi Jungwon sempat lemas karena serangan mendadak itu.
“Hehehe sorry ya, Ju. Soalnya lo lebih gemes gini kalo diliat secara langsung. Tadi lo kaget banget ya?” tanya Ningning khawatir.
“Hampir jatoh kak jantung gue tiba-tiba lo peluk gitu,” jawab Jungwon jujur.
Ningning tertawa keras, “Abisnya lo lucu banget sih! Oh iya, lo mau makan duluan aja nggak? Mereka kayaknya masih lama mabarnya.”
Jungwon menimbang ajakan Ningning. Ini memang sudah hampir satu setengah jam mereka bermain PUBG. Bahkan ia bisa mendengar teriakan mereka dari sini saat lawan menyerang.
“Nanti aja nggak sih kak?”
“Sekarang aja kalo lo laper. Nunggu mereka mah lama.”
“Hm... Yaudah deh ayo.”
Perkataan Ningning benar. Sudah hampir 3 jam crush dan kedua kakaknya bermain game. Mereka benar-benar seperti sudah lupa dengan sekitarnya. Inilah mengapa ia tadi sempat menolak untuk ikut, pasti nantinya juga akan dibiarkan seperti anak hilang begini. Ningning bahkan sudah pulang dijemput orang tuanya setengah jam yang lalu. Sebelum pulang ia bahkan sempat memarahi mereka untuk memperhatikan Jungwon.
Jungwon menghela nafas panjang. Tau begini mendingan di rumah nonton drama atau anime yang belum kelar, pikirnya.
“Bosen ya?”
Jungwon terkejut hingga berteriak. Ia lalu memegang dada sebelah kiri dan merengek, “Kaget kak ya Allah.”
Jay tertawa, “Maaf maaf, lagian lo mikirin apaan sampe bengong gitu tadi.”
“Mikirin dugong!” jawab Jungwon sedikit ketus.
Jay terkekeh kecil mendengar jawaban Jungwon. Ia lalu memberikan segelas susu coklat dingin, “Nih diminum biar nggak mikirin dugong,” katanya meledek.
Jungwon berdecih dan langsung meminum susu coklatnya. Pemuda itu melotot setelah meneguk sekali, “ENAK BANGET KAK!! Sumpahh ini susu coklat paling enak yang pernah aku minum!”
“Habisin... Habisin...”
“Resepnya apa kak?” tanya Jungwon penasaran.
Jungwon tersenyum melihat Jungwon yang saat ini terlihat seperti anak kucing yang sangat menggemaskan, “Rahasia.”
Jungwon memutar bola matanya malas, “Cih pelit.”
Jay mengusap pelan rambut Jungwon, “Besok kapan-kapan gue kasih tau. Katanya lo nggak cemburu liat gue sama Ningning ya?” tanya Jay tiba-tiba yang membuat Jungwon menyemburkan susu yang baru ia minum.
Jungwon terbatuk, “Kak Ningning cepu nih pasti. Masa dia tiba-tiba DM aku bilang kalo dia mantannya kakak. Kan aku kaget ya, maksudnya buat apa gitu loh tiba-tiba DM aku. Mana tadi pagi aku bangun tidur ada notif dari dia tanya aku cemburu apa enggak habis liat kalian pulang bareng. Sebenarnya cemburu sedikit sih, segini nih, sedikit banget lah pokoknya. Eh ternyata dia malah sepupu kakak. Masa katanya aku mirip kucing peliharaan dia coba. Kak Ningning aneh, tapi baik,” ucap Jungwon menggebu-gebu.
Jay mendengarkan dengan seksama penjelasan Jungwon. Ia seperti baru saja melihat sisi lain dari diri Jungwon. Bahkan sepertinya Jungwon tidak sadar sudah memanggil dirinya sendiri dengan 'aku'.
“Dia emang gitu, kalo liat yang gemes mau itu barang, hewan, atau manusia pasti langsung heboh. Lagian kamu nggak perlu cemburu Ju...” ucap Jay menanggapi.
“Soalnya kamu yang udah menang,” lanjutnya.
Jungwon terkejut setengah mati. Sejak kapan mereka jadi pake aku kamu???
“Hah?”
Jay tertawa keras, “Pokoknya kalo ada yang ngaku-ngaku gitu lagi nggak perlu cemburu. Soalnya mereka ngehalu tuh, orang pemenangnya kamu,” jelas Jay sambil mengusak rambut Jungwon.
Jungwon masih mencerna penjelasan dari Jay. Setengah otaknya paham, setengah otaknya lagi denial. Tapi tampak jelas di mukanya kalau dia mengerti apa yang Jay bicarakan. Pipinya yang putih kini sudah bersemu merah. Bahkan bibirnya terlihat jelas sedang menahan senyum. Jay juga terlihat mengulum bibir menahan senyum. Ia tidak menyangka kalau akan secepat ini dia mengatakan hal ini kepada Jungwon.
Malam yang terasa dingin bahkan kini terasa hangat. Bulan dan bintang di langit mungkin ikut tersipu malu melihat kedua remaja yang sedang jatuh cinta itu. Bahkan kedua kakak Jungwon yang tadinya asyik bermain game akhirnya menguping pembicaraan mereka.
“Fix habis ini pacaran. Gue udah yakin banget.”
“Kalo kagak dipacarin kita tampol Jay ye bang.”